Berkaca mata bisa terjadi pada siapa saja. Alat bantu
melihat yang satu ini memang bukan lagi barang aneh. Hanya saja bila anak
menderita kelainan mata hingga harus mengenakan kaca mata, menuru Dr. Julie D. Barliana, SpM merupakan
hal yang perlu dicermati dengan baik.
Kepedulian orangtua terhadap kesehatan mata anak sangatlah
penting. Dengan adanya kepedulian maka akan membawa orangtua untuk berusaha
lebih memahami bagaimana menjaga dan mengatasi kesehatan mata anak. Begitu pula
pada sang anak sendiri, ia akan menjadi lebih peka dan peduli terhadap
kesehatan matanya ketika orang tuanya peduli dan memahami arti penting sehatnya
mata.
Penyebab Kelainan
Mata
1.
Fase
prenatal atau fase kehamilan
Pada fase ini ada dua macam
kelainan yang dapat terjadi pada anak dalam kandungan, yaitu bisa disebabkan
oleh faktor keturunan/genetik dan infeksi. Kelainan yang disebabkan oleh
infeksi adalah katarak kongenital, yaitu
katarak yang disebabkan oleh infeksi virus rubella
pada saat kehamilan. Kelainan yang disebabkan oleh faktor genetik pada fase
ini adalah katarak, glaukoma dan retinablastoma. Pada bayi yang diidentifikasi
memiliki kelainan katarak, menurut Dr. Julie dapat dilakukan terapi dengan
mengoperasi lensa mata yang kabur akibat katarak.
2.
Fase
neonatus atau fase bayi baru lahir
Ada beberapa kelainan terkait
bayi baru lahir, antara lain : rethinopathy
of prematurity (ROP), birth injuries,
asfiksia, ophthalmia neonatorum dan mata juling atau strabismus. Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena bayi lahir
prematur.
3.
Fase
anak-anak
Pada fase anak-anak, kelainan
mata dapat disebabkan oleh banyak hal. Beberapa diantaranya : kelainan
refraksi, kekurangan vitamin A, measles atau
campak dan kelainan yang timbul karena penggunaan obat tetes mata yang salah.
Gejala dan Pemeriksaan
Untuk mencegah terjadi hal yang fatal hanya karena
keterlambatan mengetahui kelainan mata pada anak, Dr. Julie menyarankan kepada
orang tua lebih peka terhadap anak. Waspadai kejadian di luar kebiasaan pada
anak, seperti: memicingkan mata saat melihat objek, keluhan sakit kepala dan
mata lelah, mengucek-kucek mata, mata juling, tidak dapat melihat jarak jauh,
kepala dimiringkan saat melihat sesuatu, ataupun mata sering berkedip-kedip.
Hal-hal seperti itu adalah indikasi harus segera dilakukan pemeriksaan mata
anak oleh dokter.
Pemeriksaan pada mata dapat dilakukan mulai bayi baru lahir,
yaitu saat perawatan di rumah sakit untuk melihat adanya infeksi mata dan
kelainan lain. Pada usia enam bulan, menurutnya juga harus dilakukan
pemeriksaan mata yaitu saat kunjungan ke dokter anak. Untuk berikutnya, menurut
Dr. Julie pemeriksaan mata yang lengkap dapat dilakukan pada anak usia tiga
sampai empat tahun (pra sekolah). Untuk selanjutya, mulai usia lima tahun ke
atas, pemeriksaan mata harus dilakukan secara rutin yaitu enam bulan sekali.
Sekolah juga
Berpengaruh
Pada umumnya sekitar 20 persen anak usia sekolah terserang
kelainan miopi atau rabun jauh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Julie
menunjukkan, terdapat 20 persen kelainan miopi pada anak sekolah kelas tiga
sekolah dasar (SD). Jumlah kelainan miopi pada anak kelas tiga SD kemudian akan
mengalami lonjakan hingga 40-60 persen pada anak kelas enam SD.
Sekolah yang memperlihatkan lonjakan yang signifikan terjadi
sekolah unggulan,sementara sekolah reguler tidak. Alasan terjadi lonjakkan
seperti itu karena adanya aktivitas membaca yang lebih tinggi dan aktivitas
belajar yang lebih lama pada sekolah unggulan.
Kecelakaan karena
Minus Tinggi
Dr. Julie menghimbau para orangtua, khususnya yang memiliki
anak dengan minus tinggi untuk lebih perhatian dan peka memantau kegiatan
sehari-hari anak tersebut. Kondisi mata minus tinggi rentan dengan terjadi
kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kebutaan.
Bola mata pada penderita kelainan miopi menurut Dr. Julie
lebih memanjang. Kondisi seperti itu menyebabkan retina mata rentan untuk
terlepas jika terjadi kecelakaan atau aktivitas berat sehingga berujung
kebutaan.
Berakacamata Bukan
Petaka
Kelainan pada mata ada bermacam-macam penyebabnya.
Penanganannya juga disesuaikan dengan penyebab. Salah satu solusi untuk
kelainan mata adalah dengan mengenakan kaca mata.
Berkacamata bukanlah sebuah petaka. Justru jika tidak
memakai kaca mata yang malah akan berujung pada petaka. Mata malas yang
berakibat pada penurunan aktivitas belajar sehingga menimbulkan rendahnya nilai
akademis adalah salah satu akibat bila tidak patuh berkaca mata, tutur Dr.
Julie. Bahkan, jika terjadi penolakan pada kaca mata maka mata yang menderita
kelainan akan semakin malas digunakan sehingga lama-kelamaan dapat terjadi
kebutaan. Bila itu terjadi maka amat disayangkan karena sebenarnya kebutaan
tersebut dapat dicegah hanya dengan memakai kaca mata.
Peran Orangtua
Peran orangtua dalam kesehatan anak tidak dapat dipungkiri.
Baik pada anak yang memiliki kelainan mata ataupun tidak, menurut Dr. Julie
diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan orangtua, yaitu :
·
Memberikan pemahaman dan peringatan pada anak
arti pentingnya mata sehat.
·
Pembatasan aktivitas dan cukup istirahat.
Disarankan tidak melakukan aktivitas melibatkan kerja mata yang maksimal dalam
waktu terlalu lama, seperti : membaca, nonton TV, main game, komputer, internet
dan lain-lain. Hendaknya aktivitas seperti itu dilakukan selama dua jam yang
kemudian dilakukan relaksasi mata dengan melihat jauh atau memejamkan mata.
·
Membiasakan melihat TV dalam jarak tiga kali
diagonal ukuran TV.
·
Tidak membaca dalam posisi bebaring tiduran. Hal
itu sebenarnya dimaksudkan untuk memastikan, ketika membaca anak mebdapatkan
pencahayaan yang cukup sehingga mata tidak terlalu bekerja keras.
·
Untuk tetap menggunakan kaca matanya (tidak
lepas-pakai) bagi yang berkaca mata dalam melakukan aktivitas sehingga mencegah
atau memperlambat proses bertambahnya angka minus menjadi lebih tinggi.
Mitos Wortel
Pada umumnya masyarakat memahami
bahwa makan buah dan sayur, terutama wortel dapat menghilangkan mata minus.
Padahal itu tidak sepenuhnya benar. Dr. Julie menjelaskan bahwa kelainan mata
minus tidak dapat disembuhkan hanya dengan makan buah dan sayur.
Saran untuk banyak mengonsumsi
buah dan sayur seperti jagung, bayam, tomat dan wortel, dimaksudkan untuk
mencukupkan asupan nutrisi dalam tubuh. Diharapkan dengan begitu mampu
mempertahankan atau memperlambat proses penambahan nilai minusnya menjadi lebih
tinggi.
Tips Pemilihan Kacamata
Terkadang memang tidak mudah meminta anak untuk mengenakan
kaca matanya. Tentunya diharapkan orangtua lebih bisa memahami mengapa hal itu
bisa terjadi pada anak-anak. Jika mengenai pentingnya mata sehat telah
disampaikan pada sang anak tetapi tidak menjadi solusi yang tepat, tidak ada
salahnya jika Anda lebih membidik kaca mata mana yang disukai dan diinginkan
sang anak sebagai solusi berikutnya.
Saat ini menurut Dr. Julie sudah banyak pilihan kaca mata,
mulai dari model lensa hingga warnai bingkai kaca matanya. Hal itu tentunya
lebih mempermudah anak-anak memilih sesuai dengan keinginan dan kesukaannya.
Meski begitu Dr. Julie memberikan beberapa catatan yang tetap harus
diperhatikan dalam hal pemilihan kaca mata :
·
Ringan dan tidak keras. Hendaknya orangtua memilihkan
kacamata pada anak dengan bingkai kaca mata yang lebih ringan dan tidak keras.
Itu dikatakan Dr. Julie untuk menghindari rasa lelah pada anak ketika
mengenakannya sehingga mengurangi timbulnya rasa malas memakai kaca mata.
·
Sesuai dengan model muka. Kaca mata seringkali
menambha daya tarik jika pemilihannya tepat dengan bentuk muka pemakainya. Dr.
Julie menyarankan untuk dengan cermat memilih kaca mata sesuai dengan dengan
model muka sang anak. Selain membuat lebih sesuai dan cantik/tampan pada penampilan,
menurutnya ini lebih membuat anak nyaman da percaya diri dengan kaca matanya.
·
Aman dan nyaman. Di Indonesia, Dr. Julie
mengatakan bahwa dalam memilih kaca mata masyarakat seringkali bermasalah
dengan bentuk hidung. Itu yang seringkali membuat kacamata merosot sehingga
tidak nyaman dipakai. Dr. Julie meminta pada orangtua untuk benar-benar
memperhatikan hal tersebut agar anak tetap nyaman. Menurutnya, selain harus pas
pada ukuran hidungnya juga harus dilakukan pengukuran yang sesuai juga dengan
jarak pupil mata.
·
Pilih lensa yang tidak terlalu kecil dan sesuai
dengan ukuran kelainan mata. Pemilihan lensa yang tidak terlalu kecil menurut
Dr. Julie ditunjukan untuk menghindari melihat tanpa melalui lensa.
0 komentar:
Posting Komentar