Bila Anak Berkacamata

Kamis, 02 Februari 2012


Berkaca mata bisa terjadi pada siapa saja. Alat bantu melihat yang satu ini memang bukan lagi barang aneh. Hanya saja bila anak menderita kelainan mata hingga harus mengenakan kaca mata, menuru Dr. Julie D. Barliana, SpM merupakan hal yang perlu dicermati dengan baik.

Kepedulian orangtua terhadap kesehatan mata anak sangatlah penting. Dengan adanya kepedulian maka akan membawa orangtua untuk berusaha lebih memahami bagaimana menjaga dan mengatasi kesehatan mata anak. Begitu pula pada sang anak sendiri, ia akan menjadi lebih peka dan peduli terhadap kesehatan matanya ketika orang tuanya peduli dan memahami arti penting sehatnya mata.

Penyebab Kelainan Mata

1.       Fase prenatal atau fase kehamilan
Pada fase ini ada dua macam kelainan yang dapat terjadi pada anak dalam kandungan, yaitu bisa disebabkan oleh faktor keturunan/genetik dan infeksi. Kelainan yang disebabkan oleh infeksi adalah katarak kongenital, yaitu katarak yang disebabkan oleh infeksi virus rubella pada saat kehamilan. Kelainan yang disebabkan oleh faktor genetik pada fase ini adalah katarak, glaukoma dan retinablastoma. Pada bayi yang diidentifikasi memiliki kelainan katarak, menurut Dr. Julie dapat dilakukan terapi dengan mengoperasi lensa mata yang kabur akibat katarak.

2.       Fase neonatus atau fase bayi baru lahir
Ada beberapa kelainan terkait bayi baru lahir, antara lain : rethinopathy of prematurity (ROP), birth injuries, asfiksia, ophthalmia neonatorum dan mata juling atau strabismus. Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena bayi lahir prematur.

3.       Fase anak-anak
Pada fase anak-anak, kelainan mata dapat disebabkan oleh banyak hal. Beberapa diantaranya : kelainan refraksi, kekurangan vitamin A, measles atau campak dan kelainan yang timbul karena penggunaan obat tetes mata yang salah.


Gejala dan Pemeriksaan
Untuk mencegah terjadi hal yang fatal hanya karena keterlambatan mengetahui kelainan mata pada anak, Dr. Julie menyarankan kepada orang tua lebih peka terhadap anak. Waspadai kejadian di luar kebiasaan pada anak, seperti: memicingkan mata saat melihat objek, keluhan sakit kepala dan mata lelah, mengucek-kucek mata, mata juling, tidak dapat melihat jarak jauh, kepala dimiringkan saat melihat sesuatu, ataupun mata sering berkedip-kedip. Hal-hal seperti itu adalah indikasi harus segera dilakukan pemeriksaan mata anak oleh dokter.
Pemeriksaan pada mata dapat dilakukan mulai bayi baru lahir, yaitu saat perawatan di rumah sakit untuk melihat adanya infeksi mata dan kelainan lain. Pada usia enam bulan, menurutnya juga harus dilakukan pemeriksaan mata yaitu saat kunjungan ke dokter anak. Untuk berikutnya, menurut Dr. Julie pemeriksaan mata yang lengkap dapat dilakukan pada anak usia tiga sampai empat tahun (pra sekolah). Untuk selanjutya, mulai usia lima tahun ke atas, pemeriksaan mata harus dilakukan secara rutin yaitu enam bulan sekali.


Sekolah juga Berpengaruh

Pada umumnya sekitar 20 persen anak usia sekolah terserang kelainan miopi atau rabun jauh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Julie menunjukkan, terdapat 20 persen kelainan miopi pada anak sekolah kelas tiga sekolah dasar (SD). Jumlah kelainan miopi pada anak kelas tiga SD kemudian akan mengalami lonjakan hingga 40-60 persen pada anak kelas enam SD.
Sekolah yang memperlihatkan lonjakan yang signifikan terjadi sekolah unggulan,sementara sekolah reguler tidak. Alasan terjadi lonjakkan seperti itu karena adanya aktivitas membaca yang lebih tinggi dan aktivitas belajar yang lebih lama pada sekolah unggulan.


Kecelakaan karena Minus Tinggi

Dr. Julie menghimbau para orangtua, khususnya yang memiliki anak dengan minus tinggi untuk lebih perhatian dan peka memantau kegiatan sehari-hari anak tersebut. Kondisi mata minus tinggi rentan dengan terjadi kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kebutaan.
Bola mata pada penderita kelainan miopi menurut Dr. Julie lebih memanjang. Kondisi seperti itu menyebabkan retina mata rentan untuk terlepas jika terjadi kecelakaan atau aktivitas berat sehingga berujung kebutaan.


Berakacamata Bukan Petaka

Kelainan pada mata ada bermacam-macam penyebabnya. Penanganannya juga disesuaikan dengan penyebab. Salah satu solusi untuk kelainan mata adalah dengan mengenakan kaca mata.
Berkacamata bukanlah sebuah petaka. Justru jika tidak memakai kaca mata yang malah akan berujung pada petaka. Mata malas yang berakibat pada penurunan aktivitas belajar sehingga menimbulkan rendahnya nilai akademis adalah salah satu akibat bila tidak patuh berkaca mata, tutur Dr. Julie. Bahkan, jika terjadi penolakan pada kaca mata maka mata yang menderita kelainan akan semakin malas digunakan sehingga lama-kelamaan dapat terjadi kebutaan. Bila itu terjadi maka amat disayangkan karena sebenarnya kebutaan tersebut dapat dicegah hanya dengan memakai kaca mata.


Peran Orangtua

Peran orangtua dalam kesehatan anak tidak dapat dipungkiri. Baik pada anak yang memiliki kelainan mata ataupun tidak, menurut Dr. Julie diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan orangtua, yaitu :
·         Memberikan pemahaman dan peringatan pada anak arti pentingnya mata sehat.
·         Pembatasan aktivitas dan cukup istirahat. Disarankan tidak melakukan aktivitas melibatkan kerja mata yang maksimal dalam waktu terlalu lama, seperti : membaca, nonton TV, main game, komputer, internet dan lain-lain. Hendaknya aktivitas seperti itu dilakukan selama dua jam yang kemudian dilakukan relaksasi mata dengan melihat jauh atau memejamkan mata.
·         Membiasakan melihat TV dalam jarak tiga kali diagonal ukuran TV.
·         Tidak membaca dalam posisi bebaring tiduran. Hal itu sebenarnya dimaksudkan untuk memastikan, ketika membaca anak mebdapatkan pencahayaan yang cukup sehingga mata tidak terlalu bekerja keras.
·         Untuk tetap menggunakan kaca matanya (tidak lepas-pakai) bagi yang berkaca mata dalam melakukan aktivitas sehingga mencegah atau memperlambat proses bertambahnya angka minus menjadi lebih tinggi.

Mitos Wortel


Pada umumnya masyarakat memahami bahwa makan buah dan sayur, terutama wortel dapat menghilangkan mata minus. Padahal itu tidak sepenuhnya benar. Dr. Julie menjelaskan bahwa kelainan mata minus tidak dapat disembuhkan hanya dengan makan buah dan sayur.
Saran untuk banyak mengonsumsi buah dan sayur seperti jagung, bayam, tomat dan wortel, dimaksudkan untuk mencukupkan asupan nutrisi dalam tubuh. Diharapkan dengan begitu mampu mempertahankan atau memperlambat proses penambahan nilai minusnya menjadi lebih tinggi.

Tips Pemilihan Kacamata
Terkadang memang tidak mudah meminta anak untuk mengenakan kaca matanya. Tentunya diharapkan orangtua lebih bisa memahami mengapa hal itu bisa terjadi pada anak-anak. Jika mengenai pentingnya mata sehat telah disampaikan pada sang anak tetapi tidak menjadi solusi yang tepat, tidak ada salahnya jika Anda lebih membidik kaca mata mana yang disukai dan diinginkan sang anak sebagai solusi berikutnya.
Saat ini menurut Dr. Julie sudah banyak pilihan kaca mata, mulai dari model lensa hingga warnai bingkai kaca matanya. Hal itu tentunya lebih mempermudah anak-anak memilih sesuai dengan keinginan dan kesukaannya. Meski begitu Dr. Julie memberikan beberapa catatan yang tetap harus diperhatikan dalam hal pemilihan kaca mata :
·         Ringan dan tidak keras. Hendaknya orangtua memilihkan kacamata pada anak dengan bingkai kaca mata yang lebih ringan dan tidak keras. Itu dikatakan Dr. Julie untuk menghindari rasa lelah pada anak ketika mengenakannya sehingga mengurangi timbulnya rasa malas memakai kaca mata.
·         Sesuai dengan model muka. Kaca mata seringkali menambha daya tarik jika pemilihannya tepat dengan bentuk muka pemakainya. Dr. Julie menyarankan untuk dengan cermat memilih kaca mata sesuai dengan dengan model muka sang anak. Selain membuat lebih sesuai dan cantik/tampan pada penampilan, menurutnya ini lebih membuat anak nyaman da percaya diri dengan kaca matanya.
·         Aman dan nyaman. Di Indonesia, Dr. Julie mengatakan bahwa dalam memilih kaca mata masyarakat seringkali bermasalah dengan bentuk hidung. Itu yang seringkali membuat kacamata merosot sehingga tidak nyaman dipakai. Dr. Julie meminta pada orangtua untuk benar-benar memperhatikan hal tersebut agar anak tetap nyaman. Menurutnya, selain harus pas pada ukuran hidungnya juga harus dilakukan pengukuran yang sesuai juga dengan jarak pupil mata.
·         Pilih lensa yang tidak terlalu kecil dan sesuai dengan ukuran kelainan mata. Pemilihan lensa yang tidak terlalu kecil menurut Dr. Julie ditunjukan untuk menghindari melihat tanpa melalui lensa.

0 komentar:

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Followers