Siapa yang tidak tergoda makanan cepat saji nan lezat
seperti pizza, burger, french fries dan lainnya. Sudah praktis tampilannya pun
mengundang selera. Masalahnya, bila dibarengi asupan serat yang cukup seperti
sayuran dan buah, kanker usus bisa menghadang.
Gemar mengonsumsi makanan cepat saji merupakan salah satu
kecenderungan masyarakat modern yang menerapkan pola makan buruk disamping
kebiasaan lain seperti tidak suka sayuran atau makanan berserat dan gemar
mangonsumsi daging merah berlemak. Poal makan seperti itu ternyata telah
mengakibatkan kasus penyakit kanker usus khususnya yang mengenai usus besar
(kolon) terus meningkat.
Hal itu diungkapkan Dr.
Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Staf Divisi Gastroenterologi Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Tren kasus kanker usus besar yang akhir-akhir
ini terus meningkat memaqng semakin mengkhawatirkan. Meski belum ada data
lengkap mengenai prevalensi penyakit
kanker usus besar di Indonesia, berdasarkan data pasien di RSCM, jika lima
sampai sepuluh tahun yang lalu hanya ditemukan satu kasus setiap minggunya,
kini meningkat hingga tiga kasus tiap minggunya.
Dr. Ari pun menambahkan, jika sepuluh tahun yang lalu kasus
kanker baru ditemukan pada pasien berumur lima puluhan tahun, nyatanya sekarang
kasus tersebut banyak terjadi pada pria ataupun perempuan empat puluhan tahun.
Hal itu bisa terjadi karena kurangnya makanan tinggi serat serta terlalu banyak
mengonsumsi lemak seperti daging merah atau makanan siap saji. Karena
menurutnya, daging merah memiliki kandungan kolesterol dan lemaknya yang
relatif tinggi dibanding daging putih. Telah banyak pula penelitian yang
menyebutkan bahwa daging merah berkaitan dengan beragam jenis penyakit kanker.
Selain karena pola makan yang buruk hingga konsumsi lemak
berlebihan dan kurangnya makanan berserat kanker usus besar juga tidak terlepas
dari berbagai faktor genetik. Dalam menyikapi masalah tersebut tidak perlu
panik karena meski memiliki faktor genetis, kita bisa terbebas dari kanker usus
asalkan tetap menjaga pola makan yang sehat dan cukup gerak.
Sering Terlambat
Selanjutnya, Dr. Ari mewanti-wanti bila menemukan gejala
awal penyakit ini berupa pendarahan pada usus besar yang ditandai dengan
ditemukannya darah pada feses/tinja saat buang air besar, diare atau sembelit
tanpa sebab yang jelas dan berlangsung lebih dari dua minggu, disertai
penurunan berat badan, pucat, nyeri perut yang berulang serta berkurangnya
nafsu makan.
Menurut Dr. Ari, kebanyakan pasien terlambat memeriksakan
diri ke dokter. Umunya kanker telah masuk pada stadium lanjut. Pada tahapi ini, kanker sulit untuk
disembuhka. Kurangya informasi ikut andil dalam hal ini. Umumnya pasien
memahami gejala ambeien/wasir biasa. Tidak hanya pasien, ahli medis pun terkadang
mengartikan sama.
Dr. Ari menekankan bahwa gejala keluarnya darah saat buang
air besar ini seharusnya menjadi peringatan dini akan terjadinya kanker usus,
terbukti 40 persen lebih pasien yang mengeluhkan hal tersebut ternyata mengidap
kanker yang satu ini. Dr. Ari menjelaskan pula, awal terjadinya kanker ini
berkaitan dengan munculnya polip di usus besar yang muncul karena adanya luka
akibat gesekan antara dinding usus dan kotoran-kotoran yang mengendap lama di
usus. Zat-zat berbahaya serta racun yang ada di dalamnya mulai terserap dinding
usus karena tidak kunjung-kunjung dikeluarkan. Bila tak segera di deteksi polip
ini berkembang menjadi tumor dan pada akhirnya menjadi kanker. Semakin
berbahaya bila telah masuk ke stadium akhir di mana kanker telah menyebar ke
bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru. Kematian pun menjadi
resikonya, tandasnya.
Pentingnya Deteksi
Dini
Dr. Ari berpesan pada masyarakat untuk sesegera mungkin
berkonsultasi ke dokter bila mengalami gangguan pencernaan. Mengira-ngira dan
mengobati keluhan sendiri yang biasa dilakukan banyak orang bukanlah hal yang
tepat. Ibarat bom waktu, penyebab yang sesungguhnya akan meledak karena tidak
diketahui dan tertangani dengan baik.
Lakukan pemeriksaantinja setiap tiga bulan sekali. Selain
itu perhatikan apakah ada perubahan pola buang air besar dan perubahan bentuk
tinja, terutama jika ditemukan ada darah, saran Dr. Ari. Dengan cara itu
diharapkan kanker usus akan diketahui pada tahap dini. Hal tersebut penting
karena jika sudah sampai pada stadium lanjut, tidak cukup hanya dengan
pengobatan tapi harus operasi pula dan angka harapan hidup pun lebih rendah.
Pengobatan yang dilakukan pada stadium lanjut biasanya bukan bersifat
menghilangkan kanker namun hanya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Jurus Ampuh
Mengkonsumsi cukup serat menjadi jurus ampuh menghalau
datangnya kanker usus. Dr. Ari menyebutkan bahwa kebutuhan serat orang dewasa
adalah sebanyak 25 garam/hari. Jumlah itu dapat diperoleh dengan mengkonsumsi
sekitar 500 gram sayur dan 250 gram buah per hari. Sayangnya, konsumsi serat
masyarakat Indonesia masih sangat rendah, hanya 10,5 gram/hari. Perilaku itulah
yang memicu meningkatnya tren kanker usus di negeri ini, tutur Dr. Ari.
Manfaat serat untuk kesehatan tubuh berbeda tergantung
setiap tipenya. Untuk tipe serat yang larut dalam air, dapat membantu
menurunkan berat badan, mengurangi kolesterol, menstabilisasi gula darah dan
memperlancar sekresi asam empedu. Serat yang tidak larut dalam air berperan
mempercepat proses pengeluaran feses, meningkatkan fungsi usus besar dan
menghambat perkembangan bakteri toksik (beracun). Dengan banyak mengkonsumsi
makanan berserat, maka jadwal buang air besar akan lebih teratur. Bila buang
air besar dapat teratur maka akan memperpendek lamanya tinja berada di usus,
sehingga memperkecil penyerapan zat-zat berbahaya oleh dinding usus. Zat-zat
berbahaya itu pun keluar bersama tinja. Hal itu akan mengurangi kemungkinan
mendapat kanker usus di kemudian hari.
Dr. Ari berpesan, kalaupun harus mengkonsumsi fast food ataupun daging, masyarakat
sebaiknya mengimbanginya dengan sayuran ataupun makanan berserat supaya
pencernaan tidak terganggu. Selain itu, disarankan juga untuk lebih memilih
‘daging putih’ yang relatif lebih menyehatkan bagi tubuh ketimbang daging
merah.
0 komentar:
Posting Komentar