Benarkah Pikun Dapat Menyerang Kaum Muda ?

Selasa, 14 Februari 2012



Dahulu  pikun dikenal hanya dialami oleh mereka yang sudah berusia lanjut. Tampaknya dengan semakin cepatnya laju kehidupan, pikun pun mulai mewabah di kalangan lebih muda. Sebenarnya apa yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi ?

Dalam dunia medis, istilah pikun dikenal dengan nama demensia. Seseorang dikatakan mengalami demensia jika terjadi penurunan tingkat intelektualitas dan kemampuan kognitif yang cukup berat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Gangguan ini menyebabkan penderitanya tidak bisa lagi melakukan pekerjaan sehari-hari dan aktivitas sosial terganggun. Penjelasan tersebut disampaikan oleh Dr. Silvia F. Lummempouw, SpS(K), Konsultan Neurobehaviour di Departemen Ilmu Saraf (Neurologi) FKUI-RSCM.

Prevalensi

Menurut Dr. Silvia, berdasarkan data di negara-negara maju, prevalensi demensia pada usia 65 tahun berkisar 5-10%. Setiap pertambahan usia keliapatan 5 tahun, prevalensi demensia semakin meningkat, dimana pada usia 70 tahun prevalensinya naik  menjadi 10-20%, dan terus meningkat hingga pada usia diatas 80 tahun mencapai 40-50%. Semakin tua seseorang, semakin besar resiko menderita demensia.


Faktor Resiko dan Penyebab


Berdasarkan penelitian faktor resiko utama terjadinya demensia adalah usia lanjut. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat infeksi dan cedera pada kepala, stroke berulang dan berbagai penyakit degeneratif lainnya.
Penyakit Alzheirmer yang disebabkan oleh proses degenaratif otak merupakan penyakit yang paling menyebabkan gejala demensia atau pikun. Penyakit Alzheirmer sendiri bisa disebabkan  oleh adanya kelainan genetik. Ditemukan kesamaan gambaran patologis kematian selular pada penderita Alzheirmer usia lanjut dengan pasien Sindrom Down. Pada Sindrom Down, perkembangan otak yang tidak maksimal disebabkan ada kelainan pada kromosom 21 sehingga lebih cepat menderita pikun (usia 50 tahunan).
Pada penderita Alzheirmer ditemukan kelainan gen pada kromosom 1, 14, 19. Seseorang yang diketahui mempunyai kemungkinan lebih besar menderita Alzheirmer. Sayangnya analisis kromosom tersebut memakan biaya yang mahal sehingga tidak dianjurkan dalam pemeriksaan rutin. Analisis kromosom dianjurkan jika terdapat riwayat keluarga yang menderit Alzheirmer.


Pikun pada Orang Muda ?
 Sebelum terjadi demensia, terdapat suatu keadaan yang disebut denga MCI (mild cognitif impairment) yaitu gangguan kognitif yang masih ringan dan belum memenuhi kriteria demensia/pikun, tutur Dr. Silvia. Pada keadaan tersebut secara abnormal sudah terjadi gangguan kognitif dan sudah terjadi gangguan daya ingat, akan tetapi penderitanya masih bisa bekerja dan melakukan aktivitas sosial dengan baik.
Kondisi seperti itu bisa mengarah pada terjadinya demensia, akan tetapi tidak mutlak semua orang yang mengalami MCI akan mengalami demensia. Ada berbagai keadaan yang juga bisa menyebabkan MCI, salah satunya adalah depresi. Pada orang yang mengalami depresi bisa terjadi gangguan memori. Jika keadaan depresinya berhasil ditanggulangi maka memori bisa normal kembali. Jadi kelompok MCI ini nantinya bisa saja berlanjut menjadi demensia, namun bisa juga membaik jika disebabkan oleh penyakit yang reversibel, seperti depresi dan pemakaian obat-obatan tertentu.
Sel otak secara normal pada usia 20-30 tahun sudah mulai mengalami apoptosis (kematian sel), terutama sel-sel yang tidak/jarang digunakan. Hal itu merupakan proses normal dan merupakan bagian dari proses penuaan. Akan tetapi gejala awal dari  proses penuaan otak tersebut baru mulai terlihat pada usia 50 tahunan, dimana mulai ada perasaan sering lupa. Hal itu dinamakan age associated memory impairment (AAMI), ungkap Dr. Silvia. Artinya, jika terlalu banyak informasi yang diterima, otak tidak dapat menyimpan seluruhnya. Sekali lagi, hal itu merupakan proses yang normal dan belum bisa dikatan sebagai pikun/demensia. Untuk mengetahui apakah kemampuan menyimpan informasi  baru tersebut masih normal atau tidak, perlu dipastikan dengan pemeriksaan lebih lanjut.
Pada orang muda sebenarnya jarang sekali terjadi demensia, kalaupun ada biasanya terdapat riwayat cedera kepala berat dan infeksi otak (ensefalitis) sebelumnya serta pada kelainan genetik seperti Sindrom Down. Adapula pendapat yang menyatakan bahwa virus, polusi udara dan makanan dapat menyebabkan demensia pada orang muda. Sejauh ini pendapat tersebut belum tterbukti kebenarannya.
  Gejala

Pada demensia Alzheimer, mula-mula kerusakan terjadi di daerah hipokampus, yaitu bagian otak tempat menyimpan informasi baru serta tempat mengumpulkan memori untuk disimpan ke berbagai bagian otak. Kerusakan di daerah hipokampus tersebut akan memberikan gejala awal demensia berupa gangguan memori baru. Sebagai contoh, jika penderita menanyakan sesuatu, sebentar kemudian penderita tersebut lupa pernah bertanya sehingga akan kembali menanyakan pertanyaan yang sama secara berulang, tutur Dr. Silvia. Perilaku lain yang sering terlihat adalah penderita seringkali kehilangan barang-barang. Hal itu disebabkan ketidakmampuan otak menyimpan informasi visual tempat penderita meletakkan barang. Seringkali penderita juga lupa apa yang hendak dilakukan atau tidak ingat rasa makanan yang baru saja dimakan.

Diagnosis
Pada usia lanjut, skrining dengan pemeriksaan yang disebut status mini mental sudah cukup dan dianggap sebagai pemeriksaan yang memang cukup tajam untuk usia lanjut. Untuk usia muda bisa dilakukan tes memori khusus karena kebanyakan gangguan berupa MCI.
Dr. Silvia mengungkapkan, istilah pikun yang benar adalah kalau memang sudah terjadi sindrom demensia. Uji yang paling sederhana untuk penyimpanan memori baru adalah dengan kemampuan mengingat 10 kata. Pada keadaan normal, pertama kali menghafal seseorang akan dapat mengingat 6-8 kata. Dua kali menghapal bisa mencapai 9 kata dan ketika diulang sampai 3 kali akhirnya akan bisa mengingat keseluruhan kata. Akan tetapi jika saat pertama hanya mampu mengingat 3 kata, setelah diulang hanya mempu mengingat 4 kata dan sampai ketiga kalinya hanya mampu mengingat 5 kata dan tidak bisa mencapai 10 kata maka bisa dikatakan terdapat gangguan memori.
Jika yang terganggu tidak hanya daya ingat, tetapi juga kemampuan nilai (judgement), pengambilan keputusan serta kemampuan menyelesaikan masalah, yang menyebabkan penderita tidak bisa bekerja lagi, maka kondisi tersebut masuk dalam kriteria demensia.

Terapi
Dr. Silvia menjelaskan, pengobatan demensia disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat adalah obat-obat yang meningkatkan sitem kolinergik. Asetilkolin (suatu neurotransmiter yang berperan penting dalam fungsi otak) diproduksi oleh sel-sel saraf di otak. Produksinya akan berkurang jika sel-sel otak mengalami degenerasi. Asetilkolin dipecah oleh suatu enzim menjadi asetil dan kolin. Obat-obat yang meningkatkan sistem kolinergik tersebuut bekerja dengan cara menghambat enzim pemecah asetkolin, dengan demikian pemecahan asetkolin menjadi asetil dan kolin juga dihambat sehingga bisa tetap digunakan.
Lebih jauh Dr. Silvia menjelaskan, pada penderita Alzheimer terdapat suatu zat beta amiloid yang bersifat toksik di otak yang akan merusak sel-sel saraf. Diketahui bahwa sel-sel saraf yang aktif lebih mampu bertahan terhadap efek toksik dari beta amiloid tersebut dibandingkan sel-sel yang tidak aktif. Oleh karena itu terapi demensia juga diarahkan pada berbagai program dan latihan yang bisa merangsang otak.
Latihan puzzle yang dianjurkan di negara maju belum tentu bisa diterapkan di Indonesia. Latihan yang dianjurkan harus disesuaikan dengan kondisi dan kultur masing-masing orang, misal jika menyenangi permainan catur maka penderita diajak bermain catur sesuai hobinya agar dapat melatih otak. Jika penderita sudah tidak bisa berbicara tetapi kemampuan visuospasialnya masih bagus dapat diberikan permainan balok. Penderita juga harus sering diajak bersosialisasi dengan orang banyak misalnya menghadiri pesta dimana mereka bisa berkenalan dan berkomunikasi dengan orang lain. Akan tetapi pada keadaan yang sudah sangat berat, penderita biasanya lebih mudah depresi dan merasa kehilangan harga diri serta takut mendapat cemoohan dari lingkungan.

Pencegahan Dimulai Sedini Mungkin
Menurut Dr. Silvia, semua faktor resiko terjadinya stroke juga merupakan faktor resiko terjadinya demensia Alzheimer. Pada penderita Alzheimer, zat beta amiloid toksis dibuang ke pembuluh darah. Berbagai faktor resiko stroke seperti merokok, hipertensi, kolesterol tinggi, kurang berolahrga dan aktivitas akan meyebabkan kerusakan pembuluh darah sehingga beta amiloid yang harusnya cepat dibuang menjadi menumpuk dan merusak sel-sel saraf.beta amiloid sendiri juga akan merusak pembuluh darah.
Dengan demikian pencegahan bisa dilakukan dengan pengaturan pola makan yang sehat, olahraga teratur, serta menjaga kada kolesterol darah tetap normal. Penderita hipertensi dan diabetes harus rajin melakukan kontrol penyakitnya.
Pikun atau demensia memang jarang terjadi pada orang muda yang normal (tanpa kelainan genetik). Akan tetapi berbagai keadaan dan kebiasaan sewaktu muda mempunyai kontribusi terhadap terjadinya gangguan ini di kemudian hari. Jadi akan jauh lebih baik jika kita melakukan pencegahan terhadap demensia sedini mungkin.

0 komentar:

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Followers